![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKDQkywwHf6O9R3KGwt4L2i7HLevnFqZr4GCwNuNxPq1bXSeu-Kn2dzUr5q5POQCH59PCr2OY7UHPp8uylHYakn35ED63Mw_U20k1P1LmHNdXT_Ajokfz63nislAq5SN90FX5LEBMc12H9/s320/petalolobata.jpg)
Taman Nasional Aketajawe Lolobata (TNAL) ditunjuk sebagai Taman Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.397/Menhut-II/2004 dengan luas 167.300 ha. Kawasan terdiri dari dua blok, yaitu Blok Aketajawe seluas 77.100 ha dan Blok Lolobata seluas 90.200 ha. Dari dua blok tersebut, kawasan TNAL masih banyak menyimpan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang sudah terungkap identitasnya ataupun yang belum. Keanekaragaman jenis tersebut, merupakan potensi yang terkandung di kawasan TNAL. Untuk saat ini, Balai TNAL masih kekurangan adanya data keanekaragaman hayati, sehingga perlu dilakukan kegiatan eksplorasi, yang salah satunya satwa non aves.
Kegiatan eksplorasi satwa non aves dilakukan pada tanggal 13 – 22 Juni 2010 oleh tim pengelola Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata yang beranggotakan 3 orang diantaranya Puji Waluyo, S.Hut (Calon PEH), Yoga Wibisono, A.Md (Calon Polhut) dan Aep Gun Gun Wigandi (Polhut). Kegiatan eksplorasi satwa non aves Taman Nasional Aketajawe Lolobata (TNAL) dilakukan pada kelompok hutan sungai Kalaibi dan dekat dengan desa Patlean yang berjarak ±17 Km dari batas kawasan TNAL di wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional III Subaim, Kecamatan Maba Utara. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan sejak dikukuhkannya kawasan TNAL pada tahun 2007. (Gambar Peta Lokasi Kegiatan)
Kegiatan dilakukan dengan pemisahan metode berdasarkan kelompok jenis satwa yang terbagi menjadi ; kelompok mamalia, reptile dan amphibi, insekta, serta satwa air tawar. Untuk kelompok jenis mamalia menggunakan kombinasi plot jalur dan titik berukuran 40 x 1000 m dengan 3 titik pengamatan habitat pada tiap 300 m. Pengamatan satwa kelompok mamalia dilakukan pada pagi dan sore hari dengan 2 (dua) kali pengulangan. Waktu terbaik untuk melakukan perjumpaan langsung dengan satwa kelompok mamalia adalah mulai terbit matahari sampai dengan 2-3 jam kemudian dan sekitar 2 jam sebelum matahari terbenam. Pengamatan dilakukan dengan berjalan secara acak pada lokasi yang telah ditentukan. Untuk kelompok jenis reptile dan ampibi dengan plot jalur berukuran 20 x 600 m dan dilakukan pengamatan pada malam hari sekitar pukul 20.00 – 23.00 WIT, sedangkan untuk insekta dengan koleksi specimen tiap perjumpaan karena insekta cenderung lebih menyenangi habitat sekitar sungai.
Dalam kegiatan eksplorasi satwa liar non aves telah ditemukan 3 species kelompok mamalia, 6 spesies untuk kelompok reptile, 1 spesies untuk kelompok amphibi, 5 spesies untuk kelompok insekta, dan 6 spesies untuk kelompok satwa air tawar serta beberapa jenis yang belum dapat teridentifikasi dari kelompok satwaliar tersebut. Selain itu dilakukan kegiatan analisis vegetasi pada lokasi jalur pengamatan satwa non aves pada tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang, dan pohon. Hasil analisis vegetasi diketahui bahwa untuk tingkat pertumbuhan semai ditemukan 7 (tujuh) jenis tumbuhan dengan INP tertinggi pada jenis Jambu hutan (Syzigium sp.) dan Bintangur (Callophyllum sp.) masing-masing senilai 44,5 %., tingkat pertumbuhan pancang ditemukan 8 (delapan) jenis tumbuhan dengan INP tertinggi pada jenis Bintangur (Callophyllum sp.) dengan nilai 58,2 %, tingkat pertumbuhan tiang ditemukan 6 (enam) jenis tumbuhan dengan INP tertinggi pada jenis Bintangur (Callophyllum sp.) senilai 104,22 %, dan pada tingkat pertumbuhan pohon ditemukan 7 (tujuh) jenis tumbuhan dengan INP tertinggi pada jenis Kenari (Canarium sp.) sebesar 70,53 %.
Tabel 1 Hasil Eksplorasi Satwa Non Aves di Sekitar Sungai Kalaibi
No | Kelompok | Jenis | Jumlah | Ket* | |
Nama Lokal | Nama Ilmiah | ||||
1 | Mamalia | Babi Hutan | Sus scrova | - | TL |
Kuskus | Phalanger ornatus | - | TL | ||
Rusa timor | Cervus timorensis | - | TL | ||
2 | Amphibi | Katak | Limnonectes grunniens (Daudin 1801) | 4 | L |
3 | Reptil | Ular1 | Boiga irregularis (Merrem, 1802) | 1 | L |
Ular2 | Candoia paulsoni tasmai (Smith & Tepedelen, 2001) | 1 | L | ||
Ular pohon | Dendrelaphis caudolineatus modestus | 1 | L | ||
Soasoa | Belum dapat teridentifikasi | 2 | L | ||
Kadal1 | Belum dapat teridentifikasi | 1 | L | ||
Kadal2 | Belum dapat teridentifikasi | 1 | L | ||
4 | Insecta | Kupu2-1 | Phalanta phalanta (Common Leopard) | 1 | L |
Kupu2-2 | Yoma sabina | 1 | L | ||
Belalang1 | Chortophaga sp. | 1 | L | ||
Belalang2 | Dissosteira sp | 1 | L | ||
Belalang3 | Neoconocephalus sp. | 1 | L | ||
Capung1 | Aeshna sp | 1 | L | ||
Capung2 | Amphiagrion sp | 1 | L | ||
Capung3 | Belum dapat teridentifikasi |
|
| ||
Kaki seribu | Belum dapat teridentifikasi | 2 | L | ||
5 | Satwa air tawar | Ikan gabus | Belum dapat teridentifikasi | 1 | L |
Kepiting1 | Belum dapat teridentifikasi | 2 | L | ||
Kepiting2 | Belum dapat teridentifikasi | 1 |
| ||
Belut | Chanos sp. | 1 | L | ||
Udang | Belum dapat teridentifikasi | 87 | L |
Keterangan : Data Primer; TL : Tidak Langsung ; L : langsung
Keberadaan satwaliar dalam hal ini satwa non aves di TNAL telah mengalami gangguan dan menghadapi ancaman terhadap kelestarian jenisnya yang diketahui dari aktivitas perburuan liar, pemasangan perangkap/jerat dan perdagangan illegal satwa liar. Untuk mengurangi gangguan dan ancaman yang terjadi terhadap satwaliar yang ada di kawasan TNAL maka perlu peran serta berbagai pihak yang ada di TNAL, baik Balai TNAL sebagai pengelola kawasan, mitra-mitra Taman Nasional, serta masyarakat sekitar.
Oleh : PUJI WALUYO, S.Hut - PEH AHLI
Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar